Sekarang ini, buku dengan mudah dapat ditemukan, apalagi di daerah perkotaan. Berbeda dengan zaman beberapa puluh tahun yang lalu, hanya orang-orang tertentu saja yang punya ketertarikan pada buku atau memilikinya. Buku sungguh sudah menjadi bagian dari hidup manusia, suatu kebutuhan hidup manusia zaman sekarang. Bahkan di setiap rumah, kita dengan mudah bisa menemukan sederetan buku yang ditata rapi di atas rak yang dipesan khusus dan menjadi sebuah perpustakaan kecil.
Anak-anak yang lahir pada zaman sekarang akan mendapati buku sebagaimana adanya sekarang ini. Seolah buku itu demikianlah adanya sejak awal kemunculannya. Padahal sejak awal, buku itu, sebagaimana suatu peradaban manusia, juga mengalami proses panjang dan lama dalam perkembangannya dari waktu ke waktu seiring dengan budaya tulis menulis manusia sehingga dapat dialami sebagaimana adanya sekarang ini. Proses pembuatan buku dewasa ini dengan mudah bisa dilakukan seiring dengan kemajuan teknologi. Tak jarang juga terjadi bahwa ada kelompok-kelompok tertentu, entah itu para pelajar atau kelompok lain, yang merasa penting untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan buku itu. Maka, berbondong-bondonglah mereka melakukan kunjungan ke penerbit-penerbit atau percetakan-percetakan besar untuk mencari tahu bagaimana proses pembuatan buku.
Kalau mencoba mengingat jauh ke belakang, ratusan tahun yang lalu, bagaimanakah orang-orang zaman dulu membuat buku? Tentu, setiap zaman punya cara sendiri. Menurut sejarah, pada zaman dulu di Mesir Kuno, buku dibuat dari helaian tangkai rumput papirus. Dari kata inilah dikenal istilah “papir”, yang darinya berasal kata “paper”. Di Indonesia sendiri, buku terbuat dari helaian daun lontar (siwalan). Lalu, di Timur Tengah dan Cina, buku ditulis di atas kulit, kain, dan sutera. Sekitar tahun 100 SM, masyarakat Cina menemukan teknologi pembuatan kertas hingga buku pun mulai ditulis di atas kertas. Pada tahun 1448, Johannes Gutenberg dari Jerman menemukan mesin cetak; dan tahun 1826, Joseph N. Niépce dari Prancis menemukan teknologi fotografi. Sejak saat itulah, ilustrasi buku pun bisa berupa foto dan bukan hanya gambar.
Demikianlah secara singkat bagaimana awal munculnya buku itu sampai sekarang ini kita menemukan bentuk dan tampilannya sebagaimana adanya. Bahkan, sekarang ini orang-orang saling berlomba untuk membuat buku dengan kreativitas masing-masing sehingga menghasilkan suatu karya yang unik, sesuai dengan keinginan, dan disukai oleh banyak orang. Semoga dengan keterampilan yang disertai kreativitas dan dipadukan dengan kemajuan teknologi, dunia perbukuan terutama di negeri ini terus mengalami kemajuan dan perkembangan sehingga semakin meningkatkan dan memajukan peradaban dan kebudayaan.