Indonesia terus mempersiapkan diri untuk tampil sebagai Guest of Honour (GoH) atau Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair (FBF) 2015. Sebagai tamu kehormatan, Indonesia berkesempatan menampilkan ragam kekayaan seni budaya dan keunggulan lainnya di hadapan publik internasional. Oleh karena itulah, dalam pameran buku berskala internasional itu selain menampilkan kekayaan literatur atau dunia sastra dan sastrawannya, keunggulan kuliner Indonesia pun akan dibawa serta.
Ketua Komite Nasional Indonesia sebagai Guest of Honour di FBF 2015, Goenawan Mohamad mengatakan, Indonesia akan hadir di Frankfurt Book Fair dengan membawa sekitar 8.000 buku dan sekitar 70 pengarang, baik sastra maupun non-sastra. Selain itu, Indonesia akan menampilkan warna-warni rempah-rempah nusantara dengan karya-karya kuliner tujuh orang chef Indonesia terkemuka, antara lain William Wongso, Petty Elliot, Vindex Tengker, Sandra Djohan, Ignatius Emmanuel Julio, dan Bara Pattiradjawane.
Paviliun Indonesia sebagai Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair mendatang didesain oleh Muhammad Thamrin, seorang arsitek dari Bandung. Paviliun ini akan menyajikan beberapa “pulau”, sesuai dengan tema Indonesia sebagai Tamu Kehormatan FBF 2015: 17.000 Islands of Imagination. Salah satunya adalah “Pulau Rempah” atau “Island of Spice” atau “Insel der Gewürze”, sebagai pusat program kuliner Indonesia di FBF 2015. Pulau Rempah berupa ruang yang dibuat seperti kafe dan restoran. Di “pulau” itu para tamu bisa menikmati kopi luwak, kopi Toraja, kopi Sumatra, teh yasmin, dan lain-lain. Namun demikian, buku tetap menjadi hal yang penting. Setiap pukul dua siang selama penyelenggaraan FBF, akan diluncurkan buku karya tokoh kuliner Indonesia disertai ceramah tentang masakan dan bahan-bahannya. Pengunjung pun berkesempatan untuk mencicipi makanan Indonesia. Lebih dari 50 jenis rempah-rempah dan bahan pangan asli Indonesia — seperti cabai, jahe, merica, dan berbagai macam beras — dipamerkan dalam wadah-wadah yang berbentuk seperti lesung.
Di luar paviliun dibuat balai yang disebut Gourmet Gallery. Di tempat ini setiap hari pada jam makan siang, para chef terkemuka Indonesia akan mempertunjukkan kemahirannya. Mereka juga sejak 14 Oktober akan memasak di beberapa restoran terkemuka di Jerman, misalnya di Freitagskuche MMK (Museum Moderne der Kunst), Villa Kennedy, dan Freitagskuche Mainzer. Di dekat Gourmet Gallery akan ada gerai buku masakan Indonesia dan juga “dapur penjelajahan makanan”. Di dapur ini murid-murid sekolah dari seluruh Eropa, usia 12 sampai 18 tahun, akan mengambil bagian dalam kelas memasak dengan bermacam-macam menu.
Komite Kuliner Indonesia juga menyajikan kreasi lainnya: Sastra Kaki Lima, yakni dua buah gerobak angkringan yang dibuat di Jakarta dan kini sudah dalam perjalanan dengan kapal laut ke Jerman. Gerobak itu akan diparkir berpindah-pindah di beberapa bagian kota Frankfurt, untuk ikut serta dalam perayaan “Open Book” yang diselenggarakan Bagian Kebudayaan kota itu. Di sebelah gerobak, orang dapat menikmati makanan khas yang biasa dijajakan di pinggir jalan di Indonesia, sambil mendengarkan sastrawan Indonesia dan sastrawan Jerman membaca karya atau bercerita. Untuk keperluan ini, Goethe Institut di Indonesia telah mendatangkan beberapa sastrawan Jerman untuk tinggal di Indonesia selama beberapa waktu dan meminta mereka untuk menuliskan karya tentang negeri “Guest of Honour FBF 2015” ini.
Sumber: kemendikbud.go.id